Bab 255
“David, aku di sini. Apa kau di luar kelas?” Suara jernih Celia datang dari telepon.
Ini adalah pertama kalinya David mendengar suara Celia setelah bertahun-tahun, dan dia masih terdengar sama seperti sebelumnya. Mereka hanya akan saling mengirim sms sesekali dalam beberapa tahun terakhir.
“Ya, saya. Aku akan segera keluar.”
kata David sambil berjalan keluar kelas.
Begitu dia berjalan keluar kelas, dia melihat sosok cantik memegang telepon sambil berdiri tidak jauh.
Dia mengenakan gaun putih bersih sementara rambut hitam legamnya diikat menjadi ekor kuda. Pada saat ini, dia berdiri di lorong dengan gugup.
Anak-anak lelaki yang berjalan melewatinya sesekali akan berbalik dan menatapnya.
Benar saja, Celia masih sehebat dia di SMA, dan dia masih dikagumi bahkan di institusi top seperti Greenwood University.
David menutup telepon dan berjalan menuju Celia.

Ketika dia berada lebih dari sepuluh meter dari Celia ketika Celia melihatnya.
David tersenyum dan terus berjalan di depannya.
Celia tampak sedikit bersemangat dan pipinya memerah.
“Celia, lama tidak bertemu,” kata David sambil tersenyum.
“David, lama tidak bertemu,” jawab Celia sambil tersenyum.
Meskipun keduanya tidak bertemu selama hampir tiga tahun, mereka tidak merasa canggung sama sekali. Mereka masih seperti dua sahabat lama.
Ini terutama berlaku untuk Celia. David telah muncul dalam mimpinya berkali-kali dalam tiga tahun terakhir.
Pada saat ini, David berdiri di depannya dalam keadaan hidup dan sehat, yang membuatnya sedikit bersemangat.
Dia telah kehilangan David karena kepengecutannya saat itu. Kali ini, demi kebahagiaannya, dia memutuskan untuk mengambil langkah pertama.
Dia harus mendapatkan pria yang telah memberinya kesempatan kedua dalam hidup.
Ketika David menatap Celia di depannya, dia mengingat sore itu beberapa tahun yang lalu. Dia mempertaruhkan nyawanya untuk menariknya kembali dari malaikat maut untuk menyelamatkannya.
Setelah itu, dia tahu Celia akan selalu menatapnya sambil tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Dia tahu apa artinya ini, tetapi dia memilih untuk menghindarinya.
Karena masa kecilnya, dia memiliki harga diri yang sangat rendah. Dia takut menghadapi ini dan meskipun dia tahu Celia naksir padanya, dia tidak berani bergerak.
Celia terlalu sempurna, begitu sempurna sehingga dia pernah merasa dirinya kotor saat berdiri di sampingnya.
Karena itu, dia tidak berani memikirkan Celia, terus-menerus khawatir bahwa dia tidak akan bisa menahan diri.
The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255