Bab 197 

“Temani saya.” 

Widopo mengerucut bibirnya, tatapannya menggelap berfokus pada Samara. 

“Tidak menemani di sisiku, bagaimana saya bisa tahu apakah kamu melakukan sabotase di kolam mandi ini atau tidak?” 

“Kepercayaan itu sangatlah penting.” Kedua tangan Samara menutupi dada, seraya berseru marah, “Saya berbaik hati mengobatimu, tapi kamu malah tidak memperlakukan saya sebagai seorang dokter.” 

Widopo merentangkan sepasang tangannya menyangga santai tepi kolam yang terbuat dari batu marmer, matanya perlahan terpejam. 

“Betul sekali.” 

“Kamu—” 

Ditengah udara beruap, Widopo tidak membuka matanya, memotong ucapannya sambil terpejam. 

“Tidak berhasil menyembuhkanku disebut penipu, berhasil menyembuhkanku baru disebut dokter.” 

Samara mendengus ringan, perlahan berenang ke tempat terjauh dari Widopo, memeluk erat bahu sendiri. 

Orang gila! 

ini lebih gila

cepat atau lambat dia akan berhasil

penyakitnya sudah sangat parah, tidak berdaya oleh siksaan penyakit, sifat curiganya masih begitu

berlalu dengan

berendam di kolam mandi selama itu, Samara menemaninya selama itu juga

dua jam ini.

badannya berkeringat banyak sekali, dan juga merasakan badan

saya merasa menderita setelah berendam”

dan huwa panas dari obat herbal.” Samara berjalan ke sisi Widopo, menangkap pergelangan tangannya dan memeriksa denyut nadinya. “Hawin dingin yang bercokol selama 20 tahun lebih di dalam tubuhmu sudah dikeluarkan kamu merasa tubuh menjadi kosong, itu normal, tunggu saya melakukan akupunktur padamu

“Kamu…” 

memotong ucapan Widopo, matanya bersinar keras

sebut saya pembohong.” Samara melototinya, “Jangan sembarang

hadapannya ini indah bagaikan

Tanpa disadari… 

tarian solo tradisional di

dia yang duduk diam memainkan kecapi, dengan wajah ditutupi kerudung, bagaikan

lagi bersuara.

membungkus tubuh dengan handuk,

sendiri dari kolam mandi tersebut, sekujur

di

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255