Bab 209 

Samara tidak tahu sudah berapa lama digendong Asta, sampai dia diletakkan di sebuah tempat duduk. 

Setelah yakin dirinya duduk di dalam mobil, Samara mulai beraksi melepaskan mantel yang menutupi kepalanya. 

Dia menariknya dengan sedikit tergesa gesa, mantelnya tidak lepas dari kepalanya malah bahan dalamnya tersangkut di asesoris kepala. 

Baju ini…..malah terjebak bersamanya? 

 

Samara tidak percaya takhayul, semakin kuat dia menarik, siapa sangka malah menyebabkan kulit kepalanya semakin sakit. 

“Wanita, baju ini tidak ada dendam denganmu, bisakah kamu memperlakukan dia dengan lembut?” sepasang tangan Asta menggenggam tangan kecilnya, mencegahnya menarik mantel dari tubuhnya dengan kasar. 

Tangan Samara disingkirkan, kemudian dia malah merasa tangan lelaki itu bergerak gerak sebentar di atas kepalanya, mantel itu dengan mudah sudah lepas dari kepalanya. 

“Lihatlah, bukankah begitu gampang.” 

Begitu cahaya menyinari. 

Samara mengangkat matanya, tanpa sengaja bertemu pandang dengan sepasang mata hitam milik Asta. 

Dua orang saling bertatapan. 

Wajah Samara masih tertutup kerudung. 

Matanya lincah dan bercahaya, hiasan bunga merah di keningnya bagaikan darah, wajah kecilnya begitu dekat di depan matanya. 

Jari tangannya yang kasar bergerak dari kening Samara dan terus turun kebawah. 

Ujung jarinya membelai titik merah di keningnya yang berben sampai batasan berkerudung, dari atas hidung lalu bergerak tur sepanjang garis rahangnya. 

iga, lalu turun 

ibir lalu ke 

dia

kali ini, dia melihat langsung

111 

dan berhasil membius pengunjung dengan suara kecapinya yang merdu.

semuanya dengan memakai kerudung?” dia bertanya

Apakah tidak bisa? 

tetapi kata kata

dapat dikenali di antara banyaknya manusia, apakah

merasa jarak diantara mereka sudah terlalu

pinggangnya telah diraih oleh

 

“Asta, kamu……” 

ingin disampaikan Samara, Asta

mata bulatnya, dengan rasa tidak percaya menatap wajah tampan bagaikan dewa yang berada

di wajahnya masih belum tersingkap.

anteng telah menciumnya?

walaupun ada pembatasan oleh kerudung Samara masih

mulanya masih indah dan terkendali.

menyingkap kerudung di wajahnya, ciuman

Samara pe lan mulai melunak, tinggal nafasnya yang terengah engah

mirip dengan baju

“Jangan sembarangan bicara.” 

itu tertawa, seluruh matanya penuh dengan rasa sayang dan

11:44 JOU: 

Bab 209 

9.0 59%

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255