Keesokan pagi – pagi sekali, ketika Axel dan Alina hendak keluar rumah tampak Hiro dan Hana sudah datang mencari mereka. Tadinya Hiro dan Hana sudah tinggal di rumah itu tetapi semalam mereka tidak berani pulang karena khawatir akan kena omelan dan makian. Saat melihat kedua orang ini, wajah Alina langsung menjadi dingin dan bertanya, “Apa yang kalian berdua lakukan di sini?” “Aku kalian tidak tahu bahwa kakak iparmu tidak menyukai kalian berdua?” “Kalian malah masih berani datang kesini. Apakah sengaja ingin membuat kakak iparmu marah?” Hiro hanya bisa menghela nafas dalam hatinya. Tentu saja, karena kakak ipar sudah berduit jadi sikap mereka kepadanya juga pasti berbeda. Beberapa waktu yang lalu Axel dan Alina selalu marah setiap melihat Reva. Sekarang malah terbalik, mereka ingin Hiro dan Hana berdua menghindari Reva karena khawatir Reva akan marah! Meskipun di dalam hatinya dia merasa kesal tetapi senyumnya itu tetap terlukis di wajah Hiro. “Ma, aku tahu kakak ipar sudah pergi bekerja makanya aku datang ke sini.” “Mantel yang kau suka beberapa waktu lalu itu telah aku belikan. Jadi hari ini aku bersama Hana datang untuk membawakannya kepadamu.” “Dan aku juga membelikan papa sepatu kulit yang kau sukai itu.” Ujar Hiro dengan tersenyum sambil menyerahkan hadiahnya. Ekspresi Alina akhirnya sedikit melunak dan berkata, “Hiro-ku, bukannya aku mau mengomelimu.” “Tetapi sikapmu yang seperti itu terhadap kakak iparmu benar – benar tidak pantas bagimu untuk selalu pulang ke rumah ini.” “Dan juga taruhan yang kau lakukan dengan Nara, bagaimana bisa kau tidak mengakuinya?” Lalu dengan panik Hana berkata, “Ma, bukankah Hiro sudah berlutut dan meminta maaf kepadanya? Lalu mau bagaimana lagi?” Axel: “Huh, karena sudah bertaruh yah akui dong.” “Ucapan seorang lelaki jantan itu seperti air yang dituangkan. Jadi apa yang kau ucapkan itu harus kau lakukan dan akui!” “Memang pada akhirnya kau berlutut juga karena kau telah berjanji pada waktu itu. Tetapi kau melakukannya dengan enggan dan menunda – nunda. Lelaki macam apa itu?” Hana tampak marah dan ingin berbicara tetapi segera dihentikan oleh Hiro. “Papa benar, seorang lelaki yang jantan memang sudah seharusnya menepati janji – janjinya.” “Pa, kau jangan khawatir, aku akan lebih baik lagi di kemudian hari. Aku pasti akan melakukannya seperti kata papa dan menepati semua janji – janjiku.” “Tetapi masalahnya sekarang adalah, apakah ucapan yang Reva katakan juga telah dia lakukan?” Axel dan Alina saling menatap dan bertanya, “Apa maksudmu?” Lalu Hiro berbisik, “Pa, Ma, bukankah Reva sudah bilang, “ “Sebagian uang dari kompensasi itu adalah milik perusahaan sedang yang lainnya untuk keluarga kita.” “Keluarga kita, yang artinya uang itu bukan hanya milikinya tetapi juga milik kalian berdua.” “Tetapi di mana uangnya sekarang?” Raut wajah Axel dan Alina langsung berubah sedikit. Sebenarnya mereka juga memikirkan masalah uang itu. Tiga milyar dolar! Mereka berdua telah membahas bagaimana akan menggunakan dan menghabiskan uang itu semalam. Tetapi cara untuk mendapatkan uang itu yah mereka belum tahu. Alina tidak sabar dan berkata, “Hiro, kami berdua mengerti maksud ucapanmu.” “Bukankah kami akan pergi meminta uang kepadanya sekarang?” Lalu Hiro langsung berkata, “Ma, apakah kau akan pergi meminta uangnya seperti ini secara langsung?” “Semalam kau sudah mengatakan bahwa kau tak menginginkan uangnya. Jika kau langsung pergi memintanya hari ini bukankah hanya akan menjadi olok – olokannya saja.” Alina juga marasa canggung dan tidak enak hati, “Tetapi kita juga tidak bisa membiarkan dia memiliki begitu banyak uang!” Lalu Hiro tersenyum dan berkata, “Ma, maksud aku kita bisa mengubah caranya.” Alina dengan terburu – buru langsung berkata, “Cara seperti apa?” Kemudian Hiro tersenyum dan berkata, “Jika kau menginginkan uang ini sebaiknya kau memberikan sedikit rasa manis kepadanya dulu.” “Ma, bukankah dia masih bekerja di rumah sakit sebagai petugas pembersih!” “Wakil direktur rumah sakit yang bertanggung jawab atas para karyawan di ruma sakit itu memiliki hubungan yang baik dengan aku.” “Aku akan memberikannya sejumlah uang dan memintanya agar memindahkan Reva ke pekerjaan yang lebih baik.” “Nantinya baru kalian berdua pergi mencarinya dan mengatakan bahwa masalah itu diatur oleh kalian berdua.” “Setelah melakukan hal baik baru meminta uang, ini baru pantas, kan!” Mata Alina langsung berbinar dan berkata, “Aihh, cara ini cukup baik juga.” Axel mengangguk dengan perlahan dan berkata, “Oke, kalau begitu seperti ini saja.” “Hiro, cepat kau pergi dan lakukan caramu itu.”

 

 

Previous Chapter

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255