Bab 113

Saat Elan menatap rambut Tasya yang panjang dan berantakan tergantung di tepi bantal, dia hanya bisa menyipitkan matanya sedikit. Dia seperti pemangsa ganas yang diam-diam beringsut mendekati mangsanya. Sementara itu, wanita itu – mangsanya – tidak menyadari apa pun saat Elan duduk di tepi ranjang dan memperhatikannya tidur nyenyak. Bibir merahnya yang ceria membuatnya tampak sangat menggoda.

Melihat seuntai rambut menutupi mata Tasya, Elan secara naluriah mengulurkan tangan untuk menyisir rambutnya ke samping. Namun, saat dia menyentuh wajah Tasya, wanita itu menggumam – dia sedang berbicara dalam tidurnya. Tiba-tiba, dia memegang telapak tangan Elan yang besar. “Berhenti main-main, Jodi. Biarkan mamamu tidur sebentar,” gumamnya.

Mata Elan agak terbelalak. Apa dia baru saja mengira aku anaknya? Tak lama kemudian, wanita itu melingkarkan tangannya di lengan Elan sebelum menggosokkan wajahnya ke lengan Elan, nyaris seolah-olah dia menggosok wajahnya ke kepala Jodi. Elan tidak punya pilihan selain bersandar lebih dekat dan menuruti Tasya agar dia tidak bangun.

Elan menggeser tubuhnya ke samping dan mengulurkan tangannya untuk memeluk Tasya. Kemudian, dia dengan bangga membiarkan Tasya menekan lengan Elan ke area dadanya. Berbagai macam sensasi timbul pada tubuh pria itu saat Tasya melakukan hal itu. Elan menahan dirinya dalam posisi kaku yang sama sementara wanita itu terus tidur. Dia tidak punya pilihan lain selain mengagumi wajah cantiknya yang diterangi oleh cahaya redup. Kulit Tasya yang halus dan cerah mengingatkannya pada hidangan yang tampak nikmat, dan itu membuatnya mendambakannya.

dirinya dalam tidurnya, tetapi pria itu mengamati setiap inci wajah wanita itu dengan kagum. Sepanjang malam, dia bahkan menghitung jumlah bulu mata yang dimiliki Tasya di setiap matanya. Tasya menempel kepadanya

memiliki pengendalian diri yang baik, dia akan membuat Tasya merasakan keahliannya. “Ulurkan tanganmu, Tasya.” Dia mencoba membuat Tasya mengulurkan tangannya sementara wanita itu sedang bermimpi. Tetapi Tasya tidak melakukannya karena dia

mencium pipi Tasya. Saat itu, Tasya mengalungkan tangannya di leher Elan, lalu mendaratkan ciuman

di leher Elan. Sensasinya terasa seperti tali-tali yang seolah-olah menarik-narik hati sanubarinya. Elan bisa merasakan darahnya mendidih karena hasratnya. Dia bukan pria yang

Elan lagi sebelum dia bergeser untuk menyentuh telinga Elan dengan hidungnya. Sepertinya

saat dia mencoba sebisanya untuk

Belum pernah seorang wanita membuatnya begitu terangsang

hasratnya. Elan hanya bisa menahan

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255