Bab 164 

Felly tersenyum dan keluar ruangan tanpa berkata apa–apa lagi. Namun, firasatnya mengatakan kalau yang memberikan buket mawar melatah boy mereka di lantai atas. 

Rapat mingguan akan diadakan pukul setengah tiga sore dan Felly mengirimkan surel ke kotak surel Elan untuk memberitahu bosnya. Entah 

sang atasan akan hadir atau tidak, tetapi Felly sangat mengharapkan kehadirannya. Lagi pula, pengajuan untuk ruang, santaj sudah tertunda cukup lama. Ada banyak staf yang sangat menantikannya 

Begitu Maya mengingatkan soal rapat, Tasya buru–buru merapikan draf yang sedang dia kerjakan dan tidak lupa membawa ponselnya ke ruang rapat. 

Saat berjalan masuk ruangan, semua karyawan di ruangan menyapanya dengan sangat ramah. 

“Bu Tasya, terima kasih mawarnya. Kudengar harga pertangkainya paling tidak empat ratu ribu!” 

“Iya! Mawarnya bisa tahan setidaknya lima belas hari. Sangat tahan lambat 

Mendengar hal itu, Tasya menyunggingkan senyum tipis sebelum menarik kursi dan duduk. Tiba–tiba, perhatian para karyawan terpusat ke belakangnya. Elan telah tiba di ruangan, 

Tasya melirik pria itu sekejap dan buru–buru membuang pandangan Dia sengaja menjaga jarak dari Elan di kantor karena tidak mau ada rumor yang tersebar antara dia dan bosnya. 

segera dimulai!” Felly menginstruksikan para karyawan

Dia juga melaporkan situasi beserta analisis pasar yang dia

pikirannya mendadak menjadi liar. Dia tiba–tiba

dan saat mereka berciuman di kasurnya. Dia juga memikirkan buket

Felly mencoba membuyarkan lamunan Tasya.

Tasya sontak buyar. Dia mendongak dan

duduk di seberangnya terlihat kesal. Dialah yang pertama kali memberikan komentar pedas. “Bu Tasya sepertinya sibuk sekali setiap rapat. Tindakan seperti itu agak kurang

memerah saat diperingatkan rekannya. Dia malah

memikirkan soal pekerjaan,” katanya meminta maaf.

di ruang rapat melirik Elan yang duduk di sebelah Tasya.

mereka tercengang. Pria itu tengah menatap Tasya dengan tatapan

kantor. Bagaimana pendapatmu?” Felly emanfaatkan momen itu untuk mengangkat topik yang sudah mereka sepakati.

sangat populer. Dari sudut pandangku, sepertinya

Apa nama tokonya?” tanya Felly.

ada di kota dan namanya adalah Toko Kue Bella. Aku sering ke sana bersama anakku dan kue di toko

pura–pura berpikir, Felly bergumam, “Setahuku, harga

anggaran kita terbatas. Jadi...”

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255