Bab 174 

“Apakah hanya bertiga hari ini?” manajer itu bertanya sambil tersenyum. 

Pada saat itu, Hana tiba–tiba teringat bahwa ada satu orang lagi yang bergabung dengan mereka, jadi dia dengan cepat menjawab, “Akan ada empat orang yang datang hari ini.” 

Seketika, Tasya dan Nando saling bertukar pandang. Apakah ada tamu misterius? Siapakah itu? Akan tetapi, Hana sedang sibuk mengobrol dengan manajer itu, jadi mereka tidak bisa menyela percakapan mereka. 

Tiba–tiba, seorang pelayan mendorong pintu dari luar dan sosok pria tinggi tegap masuk ke dalam ruangan. Jasnya ada di tangannya, dia mengenakan kemeja putih yang dipadukan dengan celana panjang hitam. Singkatnya, pakaiannya minimalis namun penuh keanggunan. 

Mata indah Tasya membelalak saat melihat pria itu. Dia cukup terpana menemukan bahwa pria itu juga ada di sini. 

Orang yang masuk ke ruangan itu adalah Elan–seorang pria yang tanpa malu–malu mengatakan bahwa dia ingin bergabung dengan kencan makan siang ini pada malam sebelumnya. 

Pada saat yang sama, Nando juga menyipitkan matanya yang berbentuk almond. Mengapa Nenek mengundangnyai? Dia hanya akan menghancurkan segalanya! 

“Elan, menapa kamu ada di sini juga? Apakah kamu tidak memiliki acara makan siang lainnya untuk dihadiri?” Nando mengangkat alisnya dan bertanya dengan penuh curiga. 

Tasya sebelum menjawab sambil tersenyum, “Yah, aku tidak diundang ke acara makan siang bersama oleh siapapun, jadi aku tidak punya pilihan selain menerobos masuk dan bergabung dengan kencan

aku yakin ada banyak orang yang ingin mentraktirmu.” Nando tidak percaya sepatah kata pun yang diucapkan Elan. Selain itu, Nando cukup yakin bahwa sepupunya

hadir. “Elan berkata padaku tadi malam bahwa dia tidak punya rencana makan siang untuk hari ini.

itu, dan dia memperhatikan bahwa

menyesapnya. Pada saat yang sama, dia melirik seseorang dari tepi cangkir

arah lain begitu dia merasakan

bahwa aku tidak perlu memperkenalkan orang ini padamu, kan? Dia adalah cucuku, Elan Prapanca. Kalian pasti pernah bertemu satu sama lain di kantor, kan?” Hana bertanya sambil tersenyum.

dia berbicara dengan rasa bersalah. “Ya, kami pernah bertemu.” Kami tidak hanya bertemu, tetapi kami juga bahkan berciuman lebih dari sekali! Hal itu terjadi terutama karena kepribadian Elan yang tidak tahu malu, dan bahwa dia telah

mengulurkan tangan untuk memegang tangan Hana. “Nenek, mengapa tidak segera

Tasya berdegup kencang saat mendengar perkataan Nando itu. Dia berbalik untuk melihat Hana. Pada saat yang sama, Hana melirik Tasya dengan senyuman di wajahnya sebelum berbalik untuk melirik Nando,

aku mengajak kalian berdua datang hari

dalam hati, tebakan Elan sungguh benar!

dia mengangkat alisnya dengan gembira. “Tentu! Nenek, mengapa

dan aku bisa melangsungkan upacara pernikahan secepat mungkin?

ekspresi sedikit sombong di wajahnya. Pia

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255