Bab 74

Namun, Elan sepertinya tak bisa melupakan keintiman yang dia rasakan pada malam itu ketika wanita itu melakukan upaya yang sia-sia untuk melawannya di tengah kegelapan sambil berlinangan air mata. Meskipun dia hanya menanggung kegilaan Elan karena pria itu sedang di bawah pengaruh obat-obatan, Elan masih bisa mengingat saat-saat manis selama keintiman dengannya sampai hari itu. Sebelum pingsan, Elan bahkan sempat berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan bertanggung jawab penuh atas apa yang telah dilakukannya pada wanita itu.

Pada saat itu, entah mengapa wajah Tasya terus muncul di benak Elan. Untuk beberapa alasan, nalurinya mengatakan bahwa perasaan yang dia miliki dengan Tasya sama dengan yang dia alami pada malam itu. Kemudian, Elan mengambil napas dalam-dalam untuk menahan khayalannya agar tidak bertambah liar, Bagaimanapun juga, aku akan bertanggung jawab pada dua wanita ini. Sementara aku harus menebus kesalahanku kepada salah satu dari mereka, aku terikat oleh kehormatan dan tanggung jawabku untuk menebus wanita yang satunya.

Sementara itu, Tasya sedang berada di taman ketika dia memberi tahu Hana kalau dia harus pergi untuk tugas yang penting nanti sore. Sementara itu, Hana memutuskan untuk tidak menahannya untuk tetap tinggal, mengetahui bahwa tak mudah bagi Tasya untuk membesarkan seorang anak sendirian. Karena itu, Hana dengan cepat memberitahukan kepada pelayan untuk memanggil Elan dan memintanya untuk mengantar Tasya pulang.

Ketika Helen melihatnya, dia langsung berpura-pura kalau dia juga sudah mempunya janji dengan teman temannya, tapi sebenarnya dia hanya ingin pergi bersama dengan Tasya. Karena Hana tepat di depannya, Tasya tak bisa berkata apa-apa sebab Hana sudah mengizinkan Helen melakukan keinginannya.

gelang mewah yang sudah diletakkan di atas meja ruang tamu, namun tetap saja, Hana

Manakah gelang yang lebih

yang lebih mahal dan mengarahkan pandangannya ke sebuah gelang yang lebih berkilau.

tenang menjawabnya, “Ini adalah hadiah dari Nyonya Prapanca, jadi sebaiknya kamu bertanya langsung

kalian menyukainya.”

diinginkannya, Tasya memandang Hana dan bertanya, “Nyonya Prapanca, nilai gelang ini terlalu mahal. Aku

tercengang sambil berpikir bahwa Tasya sedang berusaha untuk mempermalukannya. Karena itu, dia dengan canggung meletakkan kembali gelang itu dan berkata, “Ya, itu benar! Hadiah

lebih penting, jadi terimalah gelang itul” Hana tersenyum anggun layaknya seseorang yang bijaksana dan baik

tahu dari penampilannya kalau gelang itu

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255