Bab 1191 Sebuah Jebakan.

Mata Qiara memerah saat tertawa getir. Apa yang orang tuanya ketahui tentang kesedihannya? Semenjak pulang. Bianca selalu memiliki cara untuk merampas semuanya, dan Qiara selalu mengalah. Dia sudah berkompromi sebisanya. Dia balikan rela melepas Lathan untuk Bianca, tetapi kenapa harus dengan merampasnya seperti ini? Tidak bisakah mereka menunggu, setidaknya sampai pertunangan dibatalkan? Qiara tidak bisa menerima ketidaksopanan ini.

Bianca terus bersikap kelewatan dan menguji kesabarannya. Bertengkar di depan umum adalah satu hal, tetapi dia terus mencoba merampas tanpa sepengetahuan orang tua.

Qiara sudah tidak tahan lagi. Itulah sebabnya kenapa dia ingin memberi mereka pelajaran, tetapi saat ini orang tuanya terus mendesaknya untuk menerima ketidakadilan ini–jangan gegabah, apalagi menyakiti adiknya.

Tepat ketika itu, ponsel Qiara berdering. Nomor tidak dikenal sehingga dia curiga panggilan itu dari orang tuanya. Setelah mempertimbangkan, dia kemudian mengangkatnya.

“Halo?”

Shailendra? Kami

Suara tegas seorang perempuan yang menjawab, “Apa benar ini Qiara mendapat laporan kalau Anda telah melakukan pemalsuan identitas pukul sembilan pagi ini dengan menggunakan identitas orang lain untuk mengambil kartu kamar hotel, yang merupakan pelanggaran privasi serius. Mohon menyerahkan diri ke kantor polisi untuk penyelidikan lebih lanjut. Korban meminta permintaan maaf dan kompensasi dari Anda, atau, mereka akan mengajukan tuntutan.”

Raut wajah Qiara berubah dan dalam kepanikannya dia segera menutup pembicaraan. Pagi ini, dia sangat marah sehingga menerobos masuk kamar itu untuk memergoki mereka berdua, tetapi tidak menyangka Lathan akan melaporkannya ke polisi.

dia tidak mau menyerahkan diri begitu saja. Dia menolak untuk meminta maaf ke Bianca dan Lathan.

Lalu, ponselnya berkedip.

kita bisa menyelesaikan persoalan

mendesak dirinya untuk menghapus video itu! Tetap saja, telepon

ini secara damai.

merasa kesal karena semua yang dia lakukan akan

menuju lobi. Setibanya di sana, dia melihat Lathan sedang duduk di atas salah satu sofa. Saat melihat kedatangannya. Lathan tersenyum suram.

sampingnya dan berkata, “Dia yang berbohong dan mengambil kartu hotel pagi

seketika. Dia tidak terpikir kalau ini adalah jebakan

1/2

dia berbalik dan berlari

penjaga hotel.

salah satu lift. Saat melihat tanda aula serba guna di samping tombol lantai delapan, dia langsung menekannya. Begitu lift tiba di lantai itu, dengan panik dia melangkah keluar dan mengamati sekeliling. Ketika melihat tanda toilet, dia bergegas lari tanpa memeriksa

celananya, tiba–tiba dikejutkan oleh perempuan yang menerobos masuk ke dalam toilet. Mereka saling berpandangan selama beberapa detik sebelum secara tanpa sadar

tersentak kaget. Kenapa dia lagi? Dia laki–laki yang keningnya saya pukul pagi ini, bukan? Dan…

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255