Bab 1243 Menjebak Qiara

Lathan tersenyum tipis. Tentu saja tidak enak rasanya jika ditolak, namun dirinya yang biasanya percaya diri dan angkuh merasa terhina kali ini. Dia memaparkan alasannya pada wanita itu sambil memeluk kotak–kotak perhiasan itu di dadanya. “Jika kamu ingin saya pergi, baiklah, saya akan pergi, tapi kamu harus menerimanya. Saya sudah banyak menyakitimu, jadi saya harus mengganti semuanya.”

Sebelum Qiara bisa membalasnya, dia sudah membuka pintunya dan meletakkan semua kotak- kotak itu di atas sofa kamarnya. Dia lalu berbalik dan pergi begitu saja.

“Lathan, bawa barang–barang ini bersamamu,” serunya di belakang pria itu.

Namun, Lathan berlari menuruni tangga dan pergi melewati ruang tamu. Bianca mendekatinya. dan ingin berbicara dengannya, namun dia bahkan tidak meliriknya sama sekali.

“Lathan,” dia kembali memanggilnya sambil menggigit bibirnya.

Setelah dia pergi, Qiara menatap keempat kotak perhiasan itu dengan kesal tanpa berniat melihat isinya sama sekali. Baginya, barang–barang itu tidaklah bagus; mereka adalah bencana.

Sebelum dia bisa menutup pintu, Bianca datang dengan raut wajah marah. “Qiara, apa yang kamu katakan pada Lathan semalam? Apa kamu membicarakan saya?”

Dia yakin kalau Qiara pasti ada kaitannya dengan Lathan yang tiba–tiba berubah pikiran tentang dirinya.

bertanya, “Bukankah kamu bilang kamu tidak pernah. mencintainya? Kamu seharusnya senang jika dia memilih

dan dirinya mulai tersenyum. “Itu benar. Saya tidak. mencintai Lathan lagi karena saya sudah

mengepalkan tangannya. “Bianca, kamu boleh merebut apa pun yang saya punya, tapi pria

menemukan sesuatu yang bisa dia gunakan untuk melawan Qiara, Bianca menyeringai semakin lebar. “Apa hakmu melarang saya untuk menyentuhnya? Bukankah semua pria itu sama? Saya bisa merebut Lathan darimu. Siapa bilang saya tidak

emosinya bersala, namun saat dia melihat raut angkuh di wajah Bianca,

Bunyi

Meskipun Qiara tidak pernah menampar siapa pun sebelumnya, Bianca kali

dia berniat membalas tindakan

orang tuanya dari lantai

Di mana dia?” Itu adalah

dan mengancamnya, “Tunggu saja

menyenggol daun pintu di sebelahnya, membuatnya menjerit kesakitan.

“Ahh!”

daun pintu itu sampai setetes darah mengalir di pelipisnya. Lukanya tidak serius, namun darah yang mengalir dan menodai wajahnya membuat kejadian itu terlihat

mereka mendengar keributan dari lantai atas. Mereka bahkan belum minum sama sekali sebelum bergegas naik

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255