Bab 88 Kebingungan Seorang Fabian

Sementara itu, Fabian terdiam sejenak. Dia tidak pernah mengira Alin akan menyatakan kata- kata itu, apalagi mempertanyakan perasaannya terhadap Alin. Meskipun begitu, dia cepat tersadar dan ekspresi dinginnya kembali terlihat di wajahnya. “Aku sudah melihat semua foto itu. Salah paham bagaimana? Apa yang mau kau jelaskan lagi?”

Melihat ketegangan di wajahnya, Alin tidak berani berkata apa-apa.

Fabian mengamati wanita dengan wajah sedih dan tertekan yang ada dalam dekapannya ini, lalu tiba-tiba teringat akan sesuatu. Alisnya mengernyit sembari bertanya, “Oh iya, kenapa dan bagaimana foto itu bisa ada di tanganmu?”

Bagaimanapun juga, foto-foto itu dikirim kepadanya melalui email tanpa nama pengirim. Fabian tidak pernah memperlihatkannya pada siapapun kecuali kepada Finno dan Vivin. Bagaimana Alin bisa tahu mengenai foto-foto ini?

Pertanyaan itu membuat Alin tercengang. Dia terlalu larut dalam kekhawatirannya, dan awalnya ia berpikir bahwa dia telah berhasil mengganti topik obrolan. Mendengar pertanyaan Fabian ini. wajahnya pun sekali lagi berubah pucat.

Oh tidak! Aku hampir lupa. Aku belum menjelaskan bagaimana foto itu bisa tersebar!

Sadar akan wajah Alin yang tiba-tiba berubah pucat, sesuatu dalam diri Fabian pun mengusiknya. Menyadari perlahan kebenaran kenyataan yang terjadi, dia pun melepaskan Alin perlahan dari dekapannya. Dengan ekspresi serius dan alis menaik, Fabian bertanya dengan tajam, “Alin, apakah kau yang mengirimkan foto-foto itu kepadaku?”

Alin hanya bisa mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia tahu bahwa dia sedang dalam masalah besar.

Sesungguhnya, hanya beberapa hari lalu, ketika pertama kali Alin mengetahui bahwa Vivin telah menikah dengan Finno, pikirannya langsung dipenuhi kemarahan dan kedengkian sehingga mengantarnya pada sebuah rencana saat itu untuk mensabotase Vivin tanpa perencanaan hati- hati dan matang.

Terlebih, awalnya dia sangat percaya diri dengan rencananya itu. Bahkan dia sudah menyuap pelayan keluarga Normando untuk membantunya. Setelah urusan selesai, dia mengatur pelayan untuk mengundurkan diri dan pergi, kemudian merapikan segala sesuatunya dan memastikan bahwa seluruh plot tak akan terungkap.

Kendati melaksanakan rencananya itu, Alin justru telah meremehkan pengaruh keluarga terkemuka Normando. Dengan kekuasaan dan ketangkasannya, proses penyelidikan ini berjalan lebih cepat daripada yang ia perkirakan. Malam itu pun, tindakan Alin terungkap.

alasan dari

takut setengah mati. Pikirannya kacau balau dan

1/3

kejadian dua tahun lalu atau kasus baru, foto yang ada di tangan Fabian itu jelas

olehnya. Bahkan dia juga yang memasang kamera tersembunyi di dalam hotel yang menghasilkan semua foto

saja, Fabian tidak pernah tahu mengenai semua ini.

tiba-tiba muncul di benaknya. Semangatnya

dirinya.

ungkapkan bagaimana

berkata, “Katakan saja dulu, dari mana kau

dengan suara terbata-bata, dia berbisik, “Mmm, sebenarnya… aku

apa yang dikatakannya. Lagi pula Fabian tidak mengharapkan penjelasan darinya dan tidak ada

mengintip isi

kau memiliki wanita lain. Aku benar-benar takut. Lalu di saat ada

mengernyitkan wajahnya, mencoba mengingat-ingat kembali peristiwa

itu, dia dan Alin memang makan bersama. Dia terlalu terpaku dan

terasa begitu

perempuan itu memerah. Alin terlihat begitu menyedihkan seperti seekor kelinci kecil tak berdaya. Tampangnya yang seperti

memutuskan untuk percaya padanya, “Ok, aku mengerti.” Sembari mengelus-elus bahunya, Fabian bercanda, “Jangan berwajah memelas seperti itu lagi ya seakan-akan aku

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255