Tiga Harta: Ayah Misterius …

Bab 1567

“Semua karena kamu, apa kamu tahu? Setelah sadar, jika tidak memberikan uang 2 triliun, aku tidak akan melepaskanmu.”

“Hei, akupunturnya sudah selesai, berilah sedikit respons.”

Tabib Dewa menepuk wajah Daniel, tetapi dia masih tidak merespons.

Dia menghela napas dengan tidak berdaya, lalu berbalik untuk mengambil sebuah buku dari dalam laci dan menuliskan sebuah kalimat, “Tahun XXXX, bulan X, tanggal X, hari keempat belas pengobatan, tagihan 740 miliar!”

Kemudian, dia menarik tangan Daniel dan menekan jempol pria itu ke tinta, lalu menekan jempol itu lagi dengan kuat di atas kertas tagihan pengobatan yang dia tulis.

“Sudah!” Tabib Dewa tersenyum puas sambil meniup cap jempol berwarna merah di tagihan pengobatan itu, “Jika kamu tidak mati, kamu harus memberikan biaya pengobatan beserta bunganya. Jika kamu mati, aku akan membawa buku ini dan meminta uang itu dari istri dan anakmu.

Meski istrimu adalah bibi dari anak-anakku, saudara tetap harus memperhitungkan dengan jelas. Uang yang harus diberikan, tetap harus diberikan, kamu mengerti prinsip ini, ‘kan?

Huh, sudahlah, tidak ada gunanya mengatakan ini padamu. Melihatmu yang sudah sekarat, sepertinya tidak akan bisa bertahan hidup dalam waktu lama, aku malas membuang waktuku denganmu di sini. Besok pagi aku akan membuangmu ke bukit belakang Vila Sisi Utara. Bisa hidup atau mati, harus mengandalkan dirimu

sendiri….”

Dewa mulai melepaskan jarum itu satu

jari

Dewa menghentikan gerakannya, melebarkan matanya dan menatap pria itu dengan bingung.

dia telah salah lihat….

menghalangi pandangannya saat

sudah berbaring belasan hari tanpa respons apa pun, mana

ini, jari Daniel bergerak

ini Tabib Dewa melihatnya dengan jelas dan menyadari bahwa pria ini

kamu hidup kembali. Sepertinya metode baru ini memang berguna, tidak sia-sia aku pergi ke

menusukkan jarum yang sudah dilepaskannya dan terus memberikan pengobatan pada

sama, di Vila Sisi

mimpi buruknya, mereka meraba bantal di sisi mereka dengan refleks, Wini langsung menangis

air mata, tetapi dia masih menghibur Wini, “Jangan menangis, apa gunanya menangis? Sekarang kita harus mencari

terisak, “Mami bilang, hanya telepon lebah itu

“Huhuhu… lalu bagaimana?

bibi kembali, minta bibi bantu menghubungi Papi

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255