Bab 1864

Dewi tahu, ia sudah tidak bisa mengharapkan Wati lagi, hanya bisa mencari kesempatan untuk kabur.

“Jam segini, tempat bermain ski sudah tutup, macan tutul salju juga sudah tidur, terlalu jauh untuk pergi melihat aurora, kalau tidak, kita pergi ke bar?” Wati mencoba bertanya.

“Oke.” Dewi menganggukkan kepala sambil tersenyum, “Aku paling suka pergi ke bar.”

“Baguslah kalau begitu, aku kira Kakak tidak menyukainya.

Cahaya licik melintas di mata Wati, dia memberi isyarat ke arah pengawal.

Pengawal itu segera mengambil ponsel untuk mengirim pesan.

“Berapa jauh jarak bar dari bandara?” Dewi langsung bertanya.

“Tidak jauh, naik mobil setengah jam.” Wati sedikit penasaran, “Kenapa menanyakan ini?”

“Bukankah aku sudah mengatakannya? Aku tidak ingin menikah.” Dewi sama sekali tidak menyembunyikan rencananya, “Nanti aku akan mencari kesempatan untuk melarikan diri, kamu bisa berpura–pura tidak tahu, dengan begitu, tidak ada orang yang akan merebut kakak sepupumu lagi!”

“Hah….”

Wati tercengang, monster apa ini?

tidak

dengan orang normal.

tidak paham dengan jalan pikirannya…

mengganggunya, sekarang juga langsung bilang dia mau melarikan diri, juga memintanya untuk berpura–pura tidak

Ini….

menjadi kacau.

Dewi mengulurkan tangannya dan melambai–lambai di depan matanya, “Apa sakit

dahinya, tampak seperti orang yang sakit kepala

berulang kali di dalam hati, tidak boleh goyah, tidak boleh

sesuai

dalam rencana Pamannya, mereka tidak menduga

Dewi menatapnya dengan penasaran.

“Istirahatlah sebentar.”

ia tidak tahu harus bagaimana menghadapinya, “Masih setengah jam lagi baru sampai

cinta sejati, tidak disangka malah begitu lemah,

menangis, tetapi tidak ada air mata

sejauh mungkin, selamanya jangan muncul lagi

dia tidak berani, dia selalu merasa gadis ini sengaja merancang jebakan agar

pengisi

menghiraukan Wati, langsung bertanya pada pengawal,

bandara nanti, bisa dia pakai untuk mencari

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255