Bab 1880

Dengan segera, Dewi pun selesai berdandan.

la mengenakan pakaian formal dengan rok putih yang memiliki model bagian depan lebih pendek sementara bagian belakangnya lebih panjang. Rambutnya sedikit terangkat, dan riasan yang segar dan elegan menghiasi wajahnya, membuatnya terlihat seperti seorang peri yang imut!

Beberapa penata rias itu pun memuji Dewi, mengatakan kalau Dewi begitu cantik memesona.

Dewi juga menatap bayangan dirinya di cermin, merasa tidak familier.

Sebelumnya ia juga terkadang merias wajahnya, mengenakan rok serta wig untuk menyamar. Namun, ia belum pernah terlihat semenawan ini.

Jelas–jelas ini hanyalah riasan sederhana. Ia pun hanya sedikit merapikan rambutnya, namun gayanya terlihat berbeda….

Gadis liar yang berkeliaran di hutan itu tiba–tiba berubah menjadi seorang peri yang begitu elegan dan menawan. Cantiknya tidak terkira!

“Cantik sekali! Benar–benar cantik!”

Sekelompok penata rias dan para pelayan wanita sungguh–sungguh memujinya.

“Lihatlah, betapa cantiknya Nona berdandan seperti ini.” Nola juga merasa begitu gembira melihat Dewi, “Tuan pasti akan sangat senang melihatnya.”

“Tidak peduli ia senang atau tidak, yang penting itu aku senang atau tidak.”

Dewi menatap sepatu hak setinggi sepuluh sentimeter yang dipakainya. Ia berdiri dengan gemetar, “Sekarang aku benar–benar tidak senang memakai sepatu ini. Aku bahkan tidak bisa berdiri dengan stabil, apalagi untuk dibawa berjalan.”

menyiapkan banyak sepatu untukmu. Semuanya cocok dikenakan bersama dengan rok

sepatu lain dan meletakkannya di hadapan

bawah dan langsung

pasang yang berukuran delapan sentimeter.”

membawa sepasang sepatu hak tinggi berukuran

Dewi.

ini.”

ragu–ragu untuk menjawabnya, tidak berani mengatakan

kata pun.

di negara Emron semuanya berperawakan tinggi. Sedangkan Nona bertubuh mungil dan menawan. Kalau Nona

memakai sepatu hak tinggi, aku tidak akan bisa

kakinya, lalu segera menghempaskan tubuhnya di atas sofa, “Carilah sepasang sepatu tanpa hak, atau beritahu Lorenzo aku tidak

penata rias pun menatap Bibi

menghela napasnya, “Ikuti

“Baik.”

segera pergi mencari sepatu tanpa hak, bahkan mengantur seseorang untuk mengantarkannya dari

tinggi yang cantik pada acara perjamuan makan seperti ini. Belum pernah ada yang pernah mengenakan sepatu tanpa

ini, dapat dikatakan sebagai

waktunya masih cukup, meski tadi membutuhkan waktu lebih dari sejam untuk menemukan sepatu tanpa hak tersebut.

rambut bergegas membawa lusinan pasang sepatu, dan segera mengeluarkannya

juga meminta sepasang kaus kaki. Setelah memakainya, rasanya jauh

ini

“Ugh….”

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255