Bab 2108 Relasi

Sesampainya di bagian dalam istana, tidak disangka di sini sangat hangat, seperti rumah yang megah, tapi tetap tidak kehilangan kehangatan.

Di tembok, tergantung sebuah foto keluarga yang besar. Di dalam foto itu, ada banyak orang. Paling tengah adalah Raja, lalu di sekitarnya penuh dengan putra putri dan cucu–cucu.

Di dalam foto itu, Dewi melihat Willy sewaktu muda, sangat mirip dengan sekarang, hanya saja saat itu dia masih belum lumpuh. Tatapan matanya juga sangat bersinar.

Matanya yang berwarna biru terlihat seperti bintang yang bersinar terang di langit.

Dia bersandar di samping Raja, senyum di wajahnya sangat polos. Bisa terlihat dirinya saat itu sangat bahagia.

Bagaimanapun juga, orang tuanya berdiri di sampingnya dalam kondisi baik–baik saja.

“Saat masih kecil, malah berharap cepat besar…” Tiba–tiba Willy mendesah, “Sungguh bodoh!”

“Orang memang akan bertumbuh besar.”

Tiba–tiba terdengar suara yang berwibawa. Dewi menoleh, ternyata raja ini sama seperti di televisi, terlihat penuh welas asih, juga sangat ramah.

Willy membungkuk dan menundukkan

Dewi juga menundukkan kepala untuk

Willy, “Willy, bersikaplah seperti dulu, panggil Kakek saja, tidak

Kakek.” Willy

Raja menyuruh mereka

sungkan, dia

dan teh hitam ala Eropa, lalu diam–diam menyingkir ke samping.

di belakang Raja, sambil

ke istana untuk melaporkan beberapa hal. Sekarang aku ingin mengklarifikasinya dengan kalian.”

sebuah gerakan

berpenampilan seperti sekretaris membawa sebuah pena

1/2

terlebih dahulu pada Raja dan Willy,

rekaman itu.

adalah suara Robin saat melapor pada Raja. Pertama–tama, Robin berkata bahwa penyakit lama Willy kembali kambuh setelah kembali ke

sumber air di seluruh kastel sudah diracuni

dan minyak esensi yang beracun

tidak mengungkit masalah lain, juga tidak mengatakan tersangka yang dicurigai, bahkan tidak mengungkit masalah Willy menerima penindasan lain

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255