Bab 2150 Pesta Perjamuan Part 2

“Tuan Presiden terlalu sungkan, tidak perlu sampai keluar menyambutku secara langsung!”

Lorenzo bersalaman dengan Presiden.

“Sudah seharusnya aku lakukan, hari ini kalian datang ke perjamuanku, aku sebagai tuan rumah harus menyambut tamu–tamu yang datang secara langsung, hahaha….” Presiden tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke Dewi, “Wanita cantik ini?”

“Dia adalah tunanganku, Wiwi”

Lorenzo tidak pernah menyebut nama asli Dewi ke dunia luar, ia tidak ingin membocorkan identitas Tabib Dewa, jadi ia terus memanggilnya Wiwi di depan orang–orang ini.

“Tunangan?” Presiden melirik Juliana sekilas, namun dengan cepat ia kembali tersenyum, “Haha, Lorenzo, ternyata kamu sudah punya tunangan! Selamat, ya!”

Percakapan ini sangat akrab, Dewi teringat saat pertama kali menghadiri acara makan malam di kediaman Ivan, Ivan sepertinya juga berkata seperti ini

Saat itu, orang–orang juga sangat terkejut melihatnya.

“Sudah lama aku punya tunangan.” Lorenzo merangkul Dewi dan berkata terus terang, “Sebelumnya di kediaman Ivan, dialah yang kembali menyelamatkanku dengan mengendarai mobil bom itu!”

tatapan kagum menatap Dewi, “Aku pernah dengar hal ini, Nona Wiwi benar–benar

terlalu memujiku.” Dewi tersenyum

kami anggap sebagai penyelamat kami.” Presiden sangat bersemangat, “Jika bukan karena bantuanmu waktu itu,

“Benar, benar!”

Sammy, semua

pasti wanita yang berbeda dari seluruh wanita pada umumnya, tapi aku

terus memuji Dewi.

puji dia lagi, memujinya hingga ia sungkan, hahaha.” Lorenzo merangkul Dewi dengan manja.

tertawa terbahak–balak, “Masuklah,

mempersilakan masuk, ia berjalan berdampingan dengan Lorenzo, sambil berjalan sambil mengobrol ….

belakang, Sammy dan gerombolan pengawal mengikuti mereka

masuk ke aula utama, istri dari Tuan Presiden telah menyiapkan hidangan kelas atas, ia menyambut mereka dengan hangat, pertama–tama ia mempersilakan wanita untuk duduk terlebih

serta beberapa pria duduk mengobrol di sisi lain ruang tamu, sebagai orang dengan kekuatan terbesar di

istrinya, oleh sebab itu, Nyonya Presiden begitu ramah pada

ia duduk dengan postur elegan di atas sofa, menyilangkan kaki, satu tangannya sedikit bergoyang memegang gelas anggur

serius, seperti telah diajarkan sebelumnya, mereka mendengarkan pidato itu dengan hati–hati.

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255