Selena melihat ke arah bawah. Sungguh mengejutkan, alamat yang tertulis di kertas putih itu adalah sebuah lokasi pemakaman.

Mungkinkah adik perempuan Harvey sudah meninggal? Namun, apa hubungannya kematian adik perempuan Harvey dengan ayahnya Selena? Selena mengenal Arya dengan baik, Arya tidak akan pernah menyakiti seorang gadis kecil.

Mengetahui bahwa kedua orang itu tidak akan mengungkapkan apa-apa lagi, Selena pun tidak terus mempersulit keduanya. Suasana selama perjalanan pun menjadi hening sampai akhirnya mereka tiba di kediaman Keluarga Irwin.

Perasaan Selena bercampur aduk begitu kembali ke tempat yang sudah sangat familier dengan dirinya ini.

Chandra dengan sopan bertanya, “Apakah Nyonya ingin turun?”

“Tidak perlu, aku akan menunggunya di sini.”

Proses perceraian ini adalah pertemuan terakhir antara dirinya dengan Harvey. Dia tidak ingin menambah masalah lagi. Apalagi setiap hal yang ada di sini membawa kenangan bagi mereka berdua. Dia tidak ingin terbawa perasaan lagi saat melihat pemandangan di depannya.

Yang harus disalahkan adalah Harvey yang dulunya pernah memanjakan dirinya dan takut kehilangan dirinya.

Sekalipun sekarang Harvey bersikap semakin dingin kepadanya, Selena tetap mengingat kebaikannya.

Jelas-jelas Harvey-lah yang seharusnya menjadi orang yang paling dibenci olehnya, tetapi dia tidak pernah tega untuk membenci pria itu.

Mesin mobil tetap hidup untuk terus menghangatkan tubuh Selena. Hanya Selena seorang diri di dalam mobil. Lambungnya kembali terasa sakit. Tubuhnya pun meringkuk, seperti udang kecil yang memeluk lututnya dengan erat, berjongkok di atas kursi mobil sambil menunggu langit menjadi semakin terang.

Malam hari datang lebih awal di musim dingin, sedangkan pagi hari tiba lebih lambat. Langit terlihat belum begitu terang dan masih berkabut pada pukul tujuh pagi.

Tampak daun-daun pohon gingko yang ada di halaman sudah berguguran. Pikiran Selena pun melayang ke masa lalu.

Pada saat musim buah berwarna emas ini berbuah, Selena ingin makan sup ayam dengan biji teratai dan gingko. Harvey pun memanjat pohon gingko setinggi lebih dari sepuluh meter, lalu memetikkan buahnya untuk Selena.

Daun-daun hijau terlihat berguguran, seakan-akan ini adalah hujan berwarna emas bagi Selena.

Pada saat itu, Harvey adalah orang yang ramah dan mudah bergaul dengan orang. Dia jago memasak dan sangat memanjakan Selena.

Sambil memikirkan hal itu, Selena sampai tidak sadar kalau dia sudah berjalan mendekat ke pohon itu sendirian. Meski pohon gingko itu masih ada di sana, tetapi semuanya sudah tidak sama lagi.

Daun-daun pada pohon itu sudah rontok sejak lama. Hanya tersisa beberapa daun layu yang belum rontok di ranting pohon. Sama seperti hubungannya dengan Harvey yang sedang berada di ujung tanduk.

berjalan keluar dari vila,

bawah pohon dengan kepala yang mendongak ke

pagi hari menyinari wajah Selena. Kulitnya yang putih hampir terlihat

Anehnya, dia masih

Selena tidak menoleh, tetapi dia tahu

“Hmm.”

perlahan berbalik badan, tatapannya tertuju pada pria jangkung itu. Jelas-jelas mereka berdua sangat dekat satu

minum sup ayam dengan biji teratai dan gingko buatanmu

ada kebingungan. Sesaat kemudian, dia berkata dengan dingin, “Selena, musim buah gingko sudah

Selena pun bergumam, “Anggap saja ini untuk memenuhi permintaanku yang terakhir sebelum bercerai. Apakah kamu

tidak bertemu dengannya selama tiga bulan, Selena sepertinya telah banyak

sejak tahun lalu sudah tidak segar lagi. Jika kamu ingin makan, tunggu saja sampai pohon itu berbuah di

Tahun depan …

yang kasar, dia takut tidak

sangat membenciku?” tanya

“Hmm.”

“Kalau begitu … apakah kamu akan senang jika aku

Duarrr …

yang menghantam hati Harvey. Harvey merasa kepalanya dipenuhi dengan suara bergemuruh yang

kemudian, barulah dia kembali sadar dan berkata dengan dingin,

berjalan

aku mati,

muncul ide untuk membalas dendam. Dia tiba-tiba memikirkan bagaimana ekspresi Harvey jika mengetahui kematian dirinya suatu hari

Senang atau sedih?

buah gingko yang sebelumnya telah

Harvey sedang sibuk, yang tersisa di dalam Selena hanya kepahitan yang

“Bagus juga,” pikir Selena.

saja sebagai

jalar di depan perapian. Aroma ubi

Harvey, yaitu Ella, akan bergegas datang begitu mencium aromanya. Ella sangat baik pada dirinya, bahkan memperlakukan

Ella yang

tetap terasa manis dan wangi. Selena merasa tidak bersemangat karena tidak

air hangat, rasa sakit di perut Selena

dan berjalan mendekat ke dapur. Dia melihat Harvey memasukkan sup ke dalam termos, kemudian menyendoknya lagi ke

disayangi oleh

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255