Bab 595
Setelah selesal berbicara, Harvey menggandeng tangan Selena dan pergi dengan angkuh, meninggalkan Wina yang masih berusaha meredam emosinya.
Pria ini lebih keras kepala dibandingkan dengan saat mereka masih kecil, seperti batu besar yang keras dan bau, sulit untuk diajak berbicara.
Melihat mereka berdua berjalan pergi sambil bergandengan tangan, Wina hampir saja mematahkan giginya karena menahan emosi.
Senyum dingin terangkat di sudut bibirnya, seperti ular yang bersembunyi di tempat bersinar dengan cahaya hijau samar, mengeluarkan racun yang mematikan.
olan malaya
Selena memiringkan tubuhnya untuk menatap Harvey. Menyadari tatapan wanita yang ada di sebelahnya itu, Harvey langsung menundukkan pandangannya. “Kenapa? Kalau kamu masih penasaran, tanya aja langsung, jangan mikir yang nggak–nggak.”
Selena mengangkat alisnya, “Memangnya waktu itu kamu beneran niat pengen bunuh keluarganya?”
“lya.”
Harvey berkata tanpa ragu, “Ibuku punya penyakit mental, jadi ibuku nggak begitu perhatian sama aku dari kecil. Waktu itu, bibiku pernah jemput aku dan ngajak pergi, alasannya, sih, buat mempererat hubungan keluarga. Nah, disitu aku ketemu sama Wina. Dia anak tetangga, tapi selalu gangguin aku terus, ngerengek mau main bareng. Padahal, aku nggak suka main rumah–rumahan, tapi dia malah
maksa buat main sama aku terus.”
“Emangnya kamu
bertarung, anggar, berkuda, bermain ski,
“Terus?”
nyamuk. Terus, dia mimisan gara–gara kena pukulanku pas
lagi berkuda
nyebelin atau
sampe mimisan,
saat mengingat insiden
*
sama ala kayak aku ngerendahin dia, Padahal, waktu itu aku cuma asal pukul saja, tapi aku nggak nyangka kalo dia ternyata nggak bisa ngehindari dari pukulan remeh kayak ditu. Ya sudah, deh, akhirnya mukanya
menahan tawanya dan langsung tertawa terbahak–bahay.” Haha, kamu ini bener–bener polos, ya. Dia ngomong kayak gitu cuma pengen narik perhatianmu saja, bukan buat diseriusin! Aku yakin, waktu itu dia pasti panik banget,
kita nggak usah bahas pecundang itu lagl.”
membenci Wina.
tidak tahu bagaimana harus menjelaskan pada orang tua dari wanita itu, sehingga mereka panik
ekspresi wajah Harvey yang terlihat buruk, tetapi dia malah
rumah–rumahan sama dla? Kayaknya
dengan ringan, heran mengapa wanita di sebelahnya itu malah senang. dengan masa
jika itu bisa membuatnya senang, dia tidak keberatan sama sekali.
Update Bab 595 of Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat by Jus Alpukat
With the author's famous Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat series authorName that makes readers fall in love with every word, go to chapter Bab 595 readers Immerse yourself in love anecdotes, mixed with plot demons. Will the next chapters of the Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat series are available today.
Key: Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat Bab 595