Bab 22

Samara melirik sekejap kearah Widopo, dengan tidak setuju dia berkata: “Tuan muda Widopo, bahan obat langka atau tidak ada hubungannya dengan saya, kalau kamu langka atau tidak, apa hubungannya dengan saya?”

Widopo sudah menduga dia pasti akan menjawab dengan sinis, jadi dia sama sekali tidak inarah, bahkan sebaliknya terus menatap perempuan kecil ini, dengan pandangan yang menggambarkan setiap ekspresi kecil di wajahnya.

“Bisakah kita jangan berbicara disini, ayo jalan, kita bicara di kantor saya.” 

Samara menatap tajam pada wanita resepsionis itu, mulutnya lalu berkata: “Tidak ada janji dengan Widopo Sutanto, apakah saya boleh naik keatas?” 

 

Resepsionis yang berdandan rapi itu begitu menerima pandangan dingin dari Samara, seketika tubuhnya gemetar seperti burung puyuh. 

“Bo....Boleh, tentu saja boleh!” 

Widopo menatap sekilas dengan dingin, resepsionis ini berani mempersulit perempuan kecilnya, apakah dia sedang mencari mati? 

Sebelum dia meninggalkan tempat itu bersama Samara, Widopo telah memberi tanda mata kepada Kiky, dan Kiky telah mengangguk tanda mengerti. 

Setelah Widopo membawa Samara meninggalkan tempat itu, kedua kaki resepsionis itu lemas sampai terduduk di lantai, dia terus menerus memohon ampun: “Asisten Kiky, maafkan saya....saya tidak tahu dia adalah teman Presdir.....Maaf, saya sudah tahu kesalahan saya, beri saya satu kesempatan lagi! Lain kali saya tidak akan berbuat kesalahan seperti ini lagi!” 

“Tidak ada gunanya minta maaf kepada saya, yang kamu singgung tadi adalah orang yang paling penting bagi

pendengarannya, dia tidak percaya wanita jelek

Presdir, kamu.....dan juga orang yang

 

berkata, setelah selesai mendengar perkataannya,

Widopo naik sampai tingkat paling atas dari gedung perkantoran

Presdir semua memandangnya dengan rasa ingin tahu

“Untuk mengambil Buah Darah Ular sebaiknya saya langsung mencari Kiky saja,

menyebabkan Widopo hanya dapat tertawa pahit, tetapi dia langsung menyerang dengan perkataannya: “Karena

Perkataan ini...... 

Samara yang mendengarnya bahkan seisi kantor telah

Orang gila! 

memanggilnya orang gila memang cocok sekali!

sengaja mengucapkan kata

kamu berbicara dengan baik?” Samara

berbicara dengan baik, setiap kata kata yang saya

“Malas berbicara denganmu.” 

ketat bibir merahnya, lalu

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255