Bab 38 

Samara mengejap ngejapkan matanya, dengan gaya malas malasan yang berat dia berkata. 

**Nona ini, sudah dengar apa yang dikatakan Bapak polisi tadi? Lepaskan sepatunya, saya sedang menunggu sepatu seharga 300 juta ini.” 

Banyak pengunjung yang sedang melihat lelucon Amelia. 

“Orang sudah membayar ganti rugi, kenapa nona ini masih belum melepaskan sepatunya?” 

“Sebelumnya dia yang mendesak dan memandang rendah orang, sekarang kena batunya karena pihak lawan sama sekali tidak kekurangan uang!” 

“Malulah! Tidak mau mengembalikan sepatu, apa yang sedang dia pikirkan?” 

Mendengar kata kata tersebut, raut wajah Amelia berubah, rongga matanya mulai merah, tetapi masalah ini tidak terbantahkan karena kenyataannya memang demikian. 

Amelia sudah terbiasa lancar aman sentosa, tidak ada yang berani mengusiknya, bahkan Felix juga hati hati memperlakukan dirinya dan segala sesuatu harus mengikuti kehendaknya, ini pertama kalinya dia dipermalukan di depan umum. 

Tindakan melepaskan sepatu, dilakukan dengan sangat lambat. 

Ketika dia selesai melepaskan sepasang sepatunya, dia berdiri dengan kaki tanpa aias diatas lantai marmer, merasa malu dan menyedihkan. 

“Nah untukmu!” 

berat, tenaganya

bukan karena ditempat itu banyak orang yang melihatnya, dia benar

Terima kasih.” 

sama sekali, dia membuang sepatu seharga 30

suara, akal sehat Amelia juga ikut

sepatuku kedalam

tubuhnya dan menatap

mau saya buang itu adalah hak saya. Sepatu ini mungkin sudah tercemar oleh kakimu, tidak cocok dipakai lagi, saya membuang sepatuku sendiri, apakah harus melapor kepadamu?”

“Kamu menggertak orang!” 

Amelia benar benar hancur, dia kesal sampai

orang? Kalau begitu kamu lapor polisi untuk menangkap

polisi mempunyai pekerjaan yang sibuk, pekerjaan mereka sebenarnya adalah menangkap orang jahat, menjaga keamanan kota, bukan untuk membereskan masalahmu

kasusmu ini, hanya menyia-nyiakan tenaga paman polisi, mengganggu mereka menyelesaikan masalah yang benar benar membutuhkan

ingin

dengan benar, sangat

kehilangan akal, seperti wanita cerewet yang sedang merajuk di tempat,

pernah menghina dan memandang rendah dirinya, dalam

dan berkata dengan penuh provokasi : “Jika kamu mau, kamu boleh mengambil dari tong sampah

mata Amelia sudah hampir meledak: “Kamu—–”

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255