Bab 737 

Axel, Alina dan yang lainnya tampak mcrasa semakin canggung. Kedua bocah berandal ini terlalu meremehkan orang! 

kali ini, lana pun sudah tak sabar lagi. Dia menggebrak meja dan berkata, “Oke, kalian ingin makan sıcak, kan?” 

“Pelayan, hidangkan stcak untuk mereka. Jangan hidangkan lauk lainnya!” 

Pelayan yang sedang berdin ilu dengan sopan berkata, “Maaf, nona, kami tidak menjual steak di sini.” 

Vivi segera mendengus dingin. “Aduhh, kakak sepupu, jangan sok gengsi lah.” 

“Aku dengar, sapi – sapi di negaramu ini digunakan untuk membajak ladang jadi tidak bisa sembarangan dipotong. Kalau sembarangan membunuh sapi itu ada hukumannya.” 

“Kau masih berlagak mau pesan steak lagi. Hati – hati nanti kau malah dimasukkan ke penjara loh.” 

Hana bahkan merasa lebih geram lagi lalu dengan suara keras berkata, “Kenapa tidak ada steak?” 

“Toko sebesar ini masa tidak menjual steak?” 

Si pelayan berkata dengan canggung, “Maaf nona, restoran kami ini menggunakan sistem member premium.” 

“Biasanya tidak akan ada orang yang memesan makanan kelas bawah seperti itu!” 

Begitu kalimat itu dilontarkan, semua orang yang hadir langsung terdiam. 

Keluarga Sumarno langsung tercengang. Setelah beberapa saat, Vivi berseru: “Apa kau bilang?” 

apa barusan?”

makanan kelas

apa kau tahu apa

bule. Seperti yang di film

ini makanan

yang udak tahu apa – apa

datar: “Nona, aku tahu steak yang kau

benar minta maaf. Kami benar – benar tidak

menunya dulu dan memilih

“Kau

macam mana yang

menunya dan melihatnya sebentar. Matanya membelalak lebar hingga manik matanya seakan mau meloncat

kosong

punya abalon Australia di

laut dalam? Yang benar? Apa kau tahu betapa mahalnya makanan

sih ini namanya. Di sini itu Jakarta, bagaimana mungkin bisa ada Foie

ehh, apa ini?

tahu berapa harga sebotol Lafite tahun

negara kalian ini sangat pintar membual juga yah saat membuat

melebih–lebihkan

semua orang masih dalam keadaan miskin tetapi setidaknya mereka masih punya

sekarang, kenapa mereka semua menjadi

ini kan masih kerabat sendiri, untuk apa gengsi –

kau hanya mampu membelikan aku semangkuk mie saja, aku juga sudah

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255