Bab 438 Membunuh Dalam Hitungan Detik

“Minggir sana,” kata Titus dengan acuh tak acuh tanpa menghentikan langkah kakinya.

Perlahan tapi pasti, dia melangkahkan kakinya menuju ke arah area pengawasan.

“Huh! Kamu bahkan nggak menanyakan namaku?”

Kilatan tajam melintas di mata Vincent. Sikap meremehkan Titus benar–benar sudah menyulut

amarahnya.

“Aku nggak perlu tahu nama orang mati.”

Saat ini, jarak antara Titus dan Vincent hanya tersisa sepuluh langkah saja.

Vincent mengangkat pisau bajanya dan menunjukkan aura membunuh yang kuat. “Ehl Sebelum kamul mati, aku beri kamu satu kesempatan untuk menanyakan namaku

Sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, Titus yang sebelumnya masih berjarak sepuluh langkah darinya, tiba–tiba muncul tepat di hadapannya!

*Syuuu!”

Dia langsung mengayunkan pedangnya yang sudah patah itu.

“Kamu ….”

Seperti melihat hantu, Vincent membelalak tidak percaya.

Sebelum dia sempat mengucapkan kata kedua, lehernya sudah ditebas dan kepalanya jatuh ke tanah seperti bola yang terjatuh ke tanah.

Tubuh tanpa kepala Vincent berdiri selama dua detik.

Hingga darah dari lehernya muncrat keluar, tubuhnya baru terjatuh ke tanah!

pemimpin penembak jitu yang berada disisi

tercengang.

tengah kegelapan malam, dia hanya bisa melihat

orang yang terbunuh itu adalah Titus atau

pedangnya, dia baru mengerti orang yang terbunuh dalam

dia bahkan tidak tahu apakah dia harus mengeluarkan perintah kepada para bawahannya untuk menembak mati Titus atau tidak.

dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Billy untuk menjelaskan

saat ini.

“Vincent sudah mati?!”

ekspresi Rohan yang berada di ujung telepon langsung berubah menjadi pucat

dia mendengar Titus hanya mengeluarkan satu jurus untuk

ahli bela diri

menempuh perjalanan untuk menjadi seorang raja preman,

dunia preman Provinsi Denpapan, dia mendapat julukan “Vincent si Pencabut

Titus malah bisa

benar–benar di luar

selalu tenang dalam menghadapi apa pun, saat ini mulai menunjukkan ekspresi

perintah Billy dengan

tidak akan

menyampaikan perintah dari

‘Baik, Tuan Rohan!”

hendak memutuskan sambungan telepon, pemimpin penembak jitu itu kembali mendekatkan ponselnya ke telinganya dan berkata, “Tunggu, Tuan Rohan, seseorang datang

“Siapa?”

“Seorang pemuda!”

mungkin dia adalah Ardika? Bunuh dia

Di lapangan.

dan lanjut berjalan maju.

berpedangmu lumayan bagus.”

acuh seseorang terdengar tak jauh

bayangan hitam berjalan keluar.

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255