Bab 150

Pelayan itu menyebutkan harga kopi itu sambil tersenyum. “Marganya 5 juta rupiah, terima kasih!” 

Mata Tasya yang berbentuk almond itu terbelalak saat mendengar harga yang luar biasa mahal untuk secangkir kopi. “Terlalu mahal!” 

“Kopi itu diseduh dari biji kopi kualitas terbaik, jadi harganya tentu sepadan.” 

Lidah Tasya menjadi kelu. Kopi itu menghabiskan uangku meskipun aku hampir tidak mereguknya — ku bahkan tak bisa menikmati rasanya. “Baiklah, siapkan sija notanya. Bungkus juga kopinya. Tambahkan jugar es, gula, dan krim.” Kemudian, dia mengeluarkan kartunya dan menyerahkannya kepada pelayan yang sedang tertegun. 

Pelayan in segera meminta rekannya untuk mengemas minuman tersebut. Namun, tindakan Tasya membuat Lia yang sedang duduk di dekat jendela mengolok–ngoloknya. “Tasya, maatkan saya. Saya lupa kalau Anda adalah pekerja kantoran biasa. Saya rasa secangkir kopi ini pasti menghabiskan setengah gaji Anda sebulan!” 

Tasya tidak mau repot–repot menanggapi dan tak terpengaruhi oleh tatapan tidak biasa dari para pelayan di sekitarnya. Ketika pelayan menyerahkan kopi padanya, dia mengambil kopi dan pergi sambil membusungkan dadanya. 

Lia benar–benar gusar melihat itu, sampai–sampai mengalupkan giginya. Tasya kau benar–benar susah ditaklukan, pikirnya. 

Sudah hampir waktu makan siang ketika Tasva kerubali ke kantor. Dia mengajak Folly makar siang di luar dan menceritakan apa yang terjadi tadi. 

dengki sekali denganmu?”

teman–temanku, jadi dia sengaja mempersulitku. Dia sama sekali tidak berniat berbisnis dengan

darinya. Aku tidak boleh menempatkanmu dalam situasi sulit karena masalah ini,”

membiarkan orang lain merundung kita karena masalah kontrak ini kan?” Felly tersenyum.

2 siang, Felly pergi ke atas ke ruangan Elan. Elan sedang duduk di sofa sambil membaca dokumen. Pria ini menunjukan cfisiensi kerja yang tinggi seumpuk dokumen yang berada di meja tadi pagi telah lenyap, hanya sedikit dokumen yang tersisa.

ingin saya laporkan pada Anda,” kata Felly,

meletakkan dokumen–dokumen itu

Tasya bertemu Lintasi pagi, sebelum mengatakan, “Saya ingin berbicara dengan Anda mengenai permintaan mereka untuk pencairan ganti rugi.”

terlihat sangat kelam ketika dia mendengar cerita itu. “Berani–beraninya dia meminta ganti kerugian dari perusahaan setelah dia menggerak staf saya! Memangnya Bu Lia pikir Divisi hukum kita tak

jawabannya. Sepertinya Pak Elan benar–benar murka!

berdiskusi dengannya untuk melihat apakah kita bisa menyclesaikan

Saya ingin berbicara secara langsung dengannya tentang pencairan ganti rugi,” jawabnya

saja. 

tak sabar untuk menyaksikan drama scru ini terkuak “Baiklah, Pak

Felly meninggalkan ruangan, Elan memicinkan matanya dan berpikir,

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255