Bab 231 

Tak berselang lama, Elan membawa Tasya melewati sebuah jembatan, tampaknya tengah menuju ke pantai. Sementara itu. Tasya merasa senang. duduk di mobi barunya sambil mengagumi daya kekuatannya. Oh, aku sangat menyukai 

mobilku ini. Rasanya seperti seekor kuda liar yang sedang berlari dengan bebasnya di hamparan rumput yang luas. 

Tidak lama setelah itu, mereka tiba di jalan pesisir yang bebas hambatan tanpa terlihat mobil lain di sana. Kemudian, Elan keluar dari mobil dan meminta Tasya duduk di bangku pengemudi. Sesaat kemudian dia melihat betapa segeranya 

laki–laki itu mengencangkan sabuk pengamannya. Apakah dia sama sekali tidak percaya padaku? Apakah keterampilanku menyetir mobil benar–benar mengerikan? 

“Ganti persneling. Lalu, injak gas perlahan, baru melaju.” 

Di bawah instruksi Elan, Tasya menginjak pedal gas dengan lembut untuk merasakan sensasi ketika mobilnya perlahan 

lahan berjalan maju. Baru setelah itu dia mulai merasa jauh lebih lega dan bisa tersenyum lebar, gembira. Di saat yang sama, Elan juga mulai terlihat senang, sorot matanya melembut sambil tersenyum karena terpengaruh aura positif yang terpancar dari Tasya. 

Dengan melaju kian kemari di jalan yang sama, pegangan Tasya pada kemudi semakin longgar. Sementara itu, dia juga mulai mengerti berapa tekanan yang harus dia berikan pada pedal gas, dan bersikap tenang, tidak seperti 

kegugupannya sebelumnya. 

persis seperti yang dikatakan. Akhirnya, mereka tiba di hotel bintang 5, Elan kemudian membuka pintu dan melangkah turun. “Bagaimana kalau kamu membalas bantuan

Tasya menaikkan alisnya dan memberi jawaban tegas. “Tak masalah!”

lebih seksama dia pun menepuk dahinya

dia makan bersama Omar siang

bertemu denganmu untuk makan siang. Bagaimana

lebih banyak waktu dan Felly

malam kalau begitu,” jawab Omar

jumpa nanti malam.” Tasya tersenyum, sambil memikirkan dia harus

malam. Sesaat setelah menutup telepon, mata Tasya bertemu pandang dengan tatapan laki–laki yang seperti hewan liar kelaparan

menjamu makan laki–laki lain?” Elan menyindir

dengan tatapan heran, “Kamu sudah membantuku, oleh karena itu sekarang, aku

ada orang lain membantuku, tidakkah kamu

rasa terima kasihku? Bisakah kamu bersikap masuk akal

orang yang agak sensitif dengan kata–kata, Elan semakin cemburu setelah mendengar jawaban Tasya,

mengeluh atas sikapnya. Orang macam apa dia sampai begitu baik hati mau memperbaiki komputer Tasya tengah

membuat semua keputusan, yang justru merusak suasana hati Tasya saat menyadari ekspresi masamnya itu. Oleh karena itu, sambil menopang dagu Tasya

sebagai laki–laki sempurna kalau saja sikapnya tidak selalu tidak angkuh. Lagipula, tampang

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255