Bab 319

Rully seperti ayah kandung di hati Alanna.

“Gadis baik. Tidak sia-sia aku merawatmu. Baiklah, aku akan menunggu kabar baik darimu.” Rully juga dalam suasana hati yang baik karena dia percaya pada putri baptisnya yang cantik

“Jangan khawatir, ayah tidak perlu mengkhawatirkanku,” jawab Alanna dengan percaya diri.

Di ruang kantor, Tasya telah memutuskan untuk menyibukkan dirinya dalam pekerjaan. Namun, Tasya mendapati dirinya kekurangan inspirasi setelah baru mengerjakan beberapa goresan di atas kertas sketsanya.

Pada saat itu, ponselnya berdering. “Halo?” katanya sambil mengangkat panggilan telepon.

“Tasya, perusahaan kita mengadakan pesta penyambutan besok malam. Apakah kamu bisa datang” Felly bertanya melalui panggilan telepon.

“Apakah ini pesta penyambutan Alanna?” Tasya bertanya sambil cemberut.

“Ya. Pak Elan telah setuju untuk mengadakan pesta juga. Aku berpikir bahwa kamu mungkin harus menjaga Jodi. Jadi, jika kamu tidak punya waktu…”

Untuk beberapa alasan, Felly berharap bahwa Tasya akan menolak untuk menghadiri pesta tersebut.

Alanna dan Elan memamerkan hubungan mereka, jadi dia dengan cepat menjawab, “Aku ada

yang bersemangat dan banyak bicara. Kamu benar-benar tidak harus bergabung.” Felly tidak ingin Tasya

mengerti bahwa Felly sedang mempertimbangkannya. Tetapi mengapa aku harus

menghadirinya.” Tasya tidak ingin melewatkan pesta penyambutan

bahwa sudah pukul 16:30-saatnya untuk pergi dan menjemput putranya. Sebelum Tasya pergi, dia

menjemput Jodi, dia kecewa. “Kenapa Om Elan

Tasya menjadi pahit. Tasya tidak tahu bagaimana memberi tahu Jodi bahwa Om

Elan sangat sibuk akhir-akhir ini, jadi kamu mungkin tidak bisa melihatnya untuk sementara waktu,” Tasya menghibur Jodi saat

hari ini. Kemana kamu ingin pergi? Mama

ke

ke taman bermain!” Tasya mengajaknya pergi karena dia telah memutuskan untuk menghabiskan

bermain, Jodi bergegas mandi dan segera tidur, setelah itu tiba saatnya

dengan secangkir teh di tangannya. Biasanya pikirannya jernih dan inspirasi datang dengan mudah, tetapi pada

Pikiran tentang Elan lagi.

memukul kepalanya dengan panik. “Kenapa aku terus memikirkan dia? Tunjukkan keberanianmu, Tasya.

tatapannya tertuju ke dinding di samping pintu. Terakhir kali, Elan mendorongnya

aku merindukanmu lagi, aku akan menjadi idiot,” umpatnya sambil mengepalkan tinjunya dan

merasa kasihan dengan Alanna karena Alanna tidak tahu betapa tidak tahu malunya

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255