mata yang terlihat seperti kristal hitam saat terkena cahaya lilin. Di satu sisi, bagi Elan wanita itu seperti mutiara yang bersinar dalam kegelapan, membuat kecantikan dan keanggunannya menyihir semua laki-laki yang menatapnya. Tapi, Tasya tidak sadar kalau dia adalah salah satu dari sosialita paling cantik dalam acara pameran perhiasan itu. Tak berapa lama, Helen pun kembali dari kamar mandi, sambil berpura-pura terlihat bersimpati saat dia kembali duduk di samping Elan. Tidak seperti sikapnya yang kasar dan angkuh saat di kamar mandi tadi, dia sekarang bersikap polos seperti sosok wanita yang membutuhkan laki-laki untuk melindunginya. Hal ini membuat Tasya jijik dan tidak napsu makan. Makanya, dia meraih segelas air untuk menenangkan dirinya. “Nona Tasya, ini menu daging panggang dengan truffle yang baru saja dihidangkan. Apakah kamu mau mencobanya?” tanya Jimmy sembari mengambilkan segelas air untuknya. “Terima kasih.” ujar Tasya sambil tersenyum. Ketika mereka selesai makan malam, sesi selanjutnya dilanjutkan dengan mengenalkan menu jamuan. Tapi, Tasya pergi ke balkon sendirian sambil membawa segelas anggur merah, mungkin karena dia satu-satunya tamu yang datang tanpa pasangan. Menatap langit kota yang tampak seperti hamparan sawah emas yang bersinar di malam hari, dia hanya bisa merasa sedih melihat orang-orang yang kehilangan jati diri mereka demi mengejar kekayaan di lingkungan mereka. “Kenapa kamu disini?” Sebuah suara berat seorang laki-laki tiba-tiba muncul. Tanpa menoleh, Tasya sudah tahu siapa yang berbicara dan tertawa lirih. “Memangnya kenapa? Apa aku harus memberitahumu dulu sebelum datang ke pameran perhiasan ini?” “Nando Sofyan itu siapamu?” Tasya membalikkan badannya dan tercengang, sambil menatap sosok laki-laki tampan yang memegang segelas anggur merah sambil mengernyitkan keningnya. “Kamu kenal Nando?” “Iya, tentu saja” jawab Elan tenang, dan Tasya sama sekali tidak terkejut melihatnya. Apalagi, Tasya yakin alasan Nando diundang ke pameran perhiasan ini mungkin karena kekayaan dan keluarganya yang sangat berpengaruh. Makanya, Tasya sama sekali tidak terkejut ketika kedua laki-laki ini, yang merupakan bagian dari sosialita kelas atas, bisa saling mengenal satu sama lain. “Kamu belum menjawab pertanyaanku. Nando itu siapamu?” Laki-laki di belakang Tasya itu terus bersikeras dengan pertanyaannya. Tasya menyesap anggurnya. “Kenapa aku harus memberitahumu?” ujarnya sambil beranjak dari balkon tanpa menunggu jawaban Elan, karena merasa jijik mengingat Elan adalah pacar Helen. Setelah wanita itu pergi, Elan ditinggal sendirian, sambil menyipitkan matanya dan ekspresi wajah muram. Sementara itu, Helen sedang

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255