Saya fokus pada elemen fashion. Saat ini, tren berubah-ubah. Saya pikir ide saya lebih cocok untuk pasar.” Tasya mengerutkan bibirnya dan tersenyum. “Setiap karya kita memiliki nilai jualnya sendiri.” Segera, rapat itu akhirnya berakhir. Elan hanya datang untuk mendengarkan dan tidak terlalu banyak mengungkapkan pendapatnya. “Oke, rapat selesai,” Felly mengumumkan. “Tasya, tetap di sini. Yang lain boleh pergi,” kata Elan tiba-tiba. Saat mendengarnya Tasya hampir tersedak ketika hendak menyesap air untuk membasahi tenggorokannya. Dia langsung dikelilingi oleh tatapan iri dan kebencian, terutama Alisa, yang memelototinya dengan kesal seolah-olah Tasya telah merayu Elan dengan cara kotor. Tasya juga tidak bisa berkata-kata. Tidak bisakah Elan melihat situasiku di perusahaan? Aku dicemooh oleh orang lain, dan dia tetap melakukan ini! Setelah semua orang pergi, Tasya bersandar di kursinya dan berkata dengan dingin, “Apakah ada sesuatu yang Anda butuhkan, Pak Elan?” “Mengapa kamu tidak menerima rumah yang kuberikan padamu kemarin?” Elan menyipitkan matanya dan menatapnya. “Kenapa harus aku terima? Aku sudah mengatakan bahwa aku tidak akan menerima apapun dari keluarga Prapanca.” Tasya menekankan lagi. “Kamu harus memikirkan putramu. Tempat yang aku pilih memiliki fasilitas luar biasa yang dapat mendukungnya. Ada taman kanak-kanak yang jauh lebih baik untuk orang-orang elit di masyarakat. Juga lebih aman dan lebih cocok bagimu untuk tinggal bersama anakmu.” Elan meninggalkan statusnya sebagai atasannya dan berubah menjadi sales penjualan. Apa yang Elan katakan sangat menarik bagi Tasya karena, sebagai seorang ibu, adalah keinginan terbesarnya untuk memberikan pendidikan dan lingkungan terbaik kepada putranya. “Tidak perlu. Aku bisa memberikan yang terbaik untuk anakku.” Tasya tidak setuju. Untuk seorang pengusaha seperti Elan, dia tidak bisa menyadari bahwa hal yang paling berharga bukanlah kekayaan materi tetapi keluarga. Selama putranya bersamanya, bahkan jika Tasya hidup dalam kondisi yang kurang baik, dia akan sangat bahagia. Sambil mengerutkan kening, Elan menatap wanita kejam itu dan merasa bermasalah. “Besok lagi, jika bukan urusan pekerjaan, tolong jangan mencariku lagi.” Setelah Tasya selesai berbicara, dia mengambil dokumennya, lalu bangkit berdiri dan pergi. Sore harinya, Tasya menerima telepon dari ayahnya, yang memintanya pulang untuk makan malam besok. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia ingin bertemu dengannya. Karena itu, Tasya

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255