Bab 1079 Peringatan Rendra

Sambil tersenyum, Rendra bertanya, Ke mana lagi saya harus menatap kalau bukan kamu?

Di mana saja selain saya,jawab Raisa sambil menyuapi pria itu sesendok bubur lagi. Ketika dia menyadari bahwa mangkuk buburnya hampir habis, dia merasakan perasaan puas yang tidak bisa dijelaskan.

Saat itu, sebuah ketukan terdengar dari pintu. Sebelum Raisa sempat bereaksi, Emir masuk dengan maksud untuk memberikan dokumen penting di tangannya kepada Rendra. Namun, ketika dia melihat Raisa sedang menyuapi Wakil Presiden yang berwibawa itu, dia bingung. sejenak sebelum dia dengan cepat berpaling dari mereka dan keluar dari pintu. Dalam perjalanan keluar, dia menoleh ke arah keduanya dan berkata, Silakan, lanjutkan

Dengan wajah Raisa yang memerah seperti tomat saat ini, dia dengan kasar meletakkan semangkuk bubur di tangan Rendra dan berkata, Makanlah sendiri. Saya sudah selesai menyuapimu.Lalu, dia berbalik membelakanginya, menunduk malu.

Melihat wajah Raisa yang merah padam, Rendra menahan tawanya dan berkata, Semua orang di sekitar saya tahu saya menyukaimu, jadi kamu tidak perlu malu.”

Raisa mengerjap dan menatap pria itu. Mengapa mereka tahu?

Beberapa hal tidak perlu dikatakan. Lagipula mereka juga punya mata,” jawab Rendra. Kemudian, dia menghabiskan sesendok bubur terakhir dengan elegan.

secara proaktif pergi dan membersihkan mangkuknya. Saat itu, teleponnya berdering. Menyadari bahwa Charli yang meneleponnya, dia merasa ada sesuatu yang menarik di hati sanubarinya. Dia kemudian

itu sangat tajam, Rendra bisa menebak siapa peneleponnya dengan sekilas pandang. Dengan nada yang tidak menyenangkan, dia

tahu apa yang diá inginkan, jadi saya harus menjawab teleponnya,” jawabnya

sini,” perintah Rendra dengan tegas. Dia ingin tahu apa yang sedang direncanakan anak itu dengan panggilan telepon

lain, Raisa pun mendekati jendela dan menjawab

Raisa, Ini saya. Apa

Raisa. Dia tidak ingin memberikan

makan malam.

dengar ada film populer yang diputar malam

memang

denganmu.” Karena dia fokus pada panggilan telepon itu, dia tidak menyadari fakta bahwa Rendra telah turun dari tempat

terlambat, karena Rendra merampas

dari tangannya. Saat Raisa terkesiap, dia berkata dengan dingin di telepon, “Menjauhlah darinya.” Suaranya penuh

bertanya dengan marah. Karena dia masih muda dan agak terburu–buru, dia tentu saja kesal ketika percakapan yang menyenangkan yang dia lakukan diinterupsi oleh

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255