Bab 151

+15 BONUS

Sambil menggandengnya, George bergegas membawa Selena ke dalam hutan. Di sana, ada sebuah rumah pohon yang pernah dikunjungi Selena saat diajak Yesa dua

hari yang lalu.

Namun setelah membersihkan dedaunan, George membawanya ke markas rahasia

bawah tanah.

Di bawah tanah yang gelap gulita, George menyalakan lampu parafin, cahaya yang lembut pun segera menerangi seluruh markas, sementara Selena kaget saat melihat barang–barang yang ada di dalamnya.

“Ini semua punyamu?” tanya Selena seraya menunjuk pistol dan senjata yang tergantung di dinding.

Tanpa memberikan banyak penjelasan, George hanya menjawab dengan pelan, langsung mengambil sebuah pistol kecil dan meletakkannya di tangan Selena.

“Kebenaran akan selalu berpihak pada orang yang tangguh. Apa pun yang akan terjadi kedepannya, kamu perlu senjata untuk melindungi diri.”

Saat meraba pistol yang berat itu, Selena menjadi gugup, kemudian dia menelan air liur, “Kamu memberikan ini padaku?” tanyanya.

Tatapan mata di balik topeng George berkedip dengan serius, “Kalau kamu nggak bisa kabur, aku harap pistol itu menjadi senjata terakhirmu,” ujarnya dengan dingin.

Kemudian, dia mengarahkan pistol ke dadanya sendiri, “Ingat bagian ini, tarik

pelatuknya, bunuh dengan satu tembakan,” jelasnya.

Ternyata George tahu betul bahwa setiap malam Selena selalu terbangun karena mimpi buruk. Dia diam bukan berarti dia tidak peduli sama sekali.

kamu harus memotong akar dari

Selena mengangguk ketakutan.

cara menggunakannya,” ucap George walaupun terluka,

+15 BONUS

pistol dengan terampil, “Sebelum menembak, kamu harus belajar mengenali pistolnya

“Aku mengerti.”

karena

masalah.

terlalu lemah, jadi sebaiknya dia belajar cara

melindungi dirinya sendiri.

dan merakit pistol, George pun menjadi

sekali, selanjutnya kita

lapangan tembak, “Kamu lihat hati merah itu,

tarik

kalinya Selena memegang pistol,

tetapi lengannya gemetaran.

di dada hangat pria itu, George merangkulnya dari

telapak tangan keduanya bersentuhan, dan suaranya

mengatakan, “Jangan takut, incar targetnya,

“Dor!”

tembakan yang menusuk telinga terdengar sangat keras di telinga

hendak menusuk gendang telinganya. Suara ini begitu

berdetak untuk pertama kalinya

dekat.

di tempat, ekspresi tampak kaku, dan

gemetaran.

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255