Bab 191

Meskipun Romi menganggap dirinya orang hebat, dia sadar bahwa dia masih jauh dibandingkan dengan Elan.

Romi merasa dunia ini tidak adil. Dia berasal dari keluarga miskin dan telah banyak berkorban untuk mencapai kesuksesan, tetapi beberapa orang justru sudah dilahirkan di keluarga yang sukses dan berada.

Tasya adalah gadis yang dia sukai sejak pertama kali dia melihatnya. Setiap percakapan singkat yang mereka lakukan, setiap nafas dan senyumnya semakin membuatnya candu dan jatuh cinta padanya lebih dalam lagi.

Namun saat ini, Romi mengcpalkan tangannya dengan kesal saat melihat orang yang dia cintai duduk bersama Elan.

Saat Tasya hampir putus asa setelah gagal membuat Elan mengalah, tiba-tiba, seorang wanita paruh baya memanggilnya, “Tasya, disini kamu rupanya! Ayo bantu aku sebentar.”

Tampak Pingkan yang tersenyum sangat ramah dan hangat padanya. Ini adalah sesuatu yang langka dan tidak dilihatnya setiap hari.

“Ada yang perlu aku bantu?” tanya Tasya. Elan pun ikut berbalik dan melihat ke arah Pingkan.

Pingkan langsung terkejut saat melihat wajah Elan. Betapa sempurnanya wajah pria itu! Satu satunya kekurangan pria itu adalah aura dingin yang terpancar di wajahnya yang sedikit menghalangi kesempurnaannya.

Pingkan buru buru menyapanya, “Halo, Tuan Muda Elan. Saya istri Frans, Pingkan Hikari. Saya harap Tuan dapat memaklumi jika

ringan. Dia masih ingat bagaimana duo ibu dan anak menindas Tasya di kantor saat itu. Kalau

aku sebentar. Aku perlu bantuanmu, ini sangat mendesak,” kata Pingkan yang berpura-pura terlihat seperti ada sesuatu yang mendesak yang sedang

ini adalah perayaan perusahaan ayahnya, jadi Tasya pun tidak ingin melalaikan apapun, Lalu dia berkata pada Elan, “Pak

pergi, Pingkan langsung berbalik dan memberi

mengusirnya pergi agar putrinya mempunyai kesempatan

menghampiri Elan. Dia menatap cermin yang ada di sampingnya dan menatap

dengan langkah menggoda.

itu. Cambangnya yang rapi dan wajahnya yang begitu tampan membuatnya semakin jatuh cinta

SCI

Tuan Muda Elan. Karena saudara saya sedang

duduk di kursi tempat Tasya duduk sebelumnya sambil menatap pria itu. Seketika hatinya meleleh saat mata mereka bertemu dan dia tidak tahu harus

dia tidak sadar bahwa pria yang duduk di depannya ini

tidak butuh teman, terima kasih.” ucap Elan dengan nada dingin, lalu mulai sibuk

minuman? Saya bisa

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255