Bab 192 

“Apa yang bisa kubantu?” 

“Tasya, bantu aku melihat apa jumlah anggur di sini sudah benar atau tidak. Seperti yang kamu tahu, karyawan di hotel terkadang kurang teliti,” Suara keras Pingkan menarik perhatian para pelayan di dekatnya. 

Tasya merasa sangat terhina. Dia berharap tidak pernah mengenal wanita itu. Pada akhirnya, dia berkata dengan tenang. “Ini adalah hotel bintang lima, jadi hal seperti itu tidak akan terjadi. Sekarang, jika tidak ada yang lain lagi, aku permisi dulu.” 

Tasya membuka pintu dan ingin melangkah keluar, tetapi Pingkan langsung meraih lengannya, “Tunggu! Ada yang ingin kukatakan padamu, Tasya.” 

Tasya merasa sedikit jijik dan langsung menepis tangannya, “Kamu bisa mengatakan apapun yang kamu mau tanpa harus menyentuhku.” 

“Tasya, kamu tahu ‘kan Elsa baru saja membeli rumah baru–baru ini? Setelah ayahmu membelikan rumah untukmu, dia bersikeras untuk membelikan Elsa juga. Aku bahkan tidak bisa melarangnya,” kata Pingkan putus asa. 

Tasya hanya bisa menyeringai dalam hati dan tetap memasang wajah tenang lalu berkata, “Itu urusan kalian, tidak perlu mengatakannya padaku.” 

“Tentu saja aku harus memberitahumu! Apa kamu tidak tahu betapa sulitnya ayahmu karena harus menjadi satu–satunya orang yang mencari nafkah keluarga. Selain itu, perusahaan sedang tidak baik akhir–akhir ini, jadi sebaiknya kamu jangan ganggu dia jika tidak terlalu penting. Dan satu lagi, jangan coba–coba meminjam uang darinya saat ini. Cobalah untuk membelanjakan uang sesuai kemampuanmu.” 

katakan seolah–olah merujuk pada perintah agar

tidak mengatakannya, Tasya

malam tadi.

itu, ‘Tasya merasa bersalah karena rumah yang dibelikan ayahnya untuknya sudah menghabiskan banyak uang. Mungkin ayahnya benar–benar stres

Muda Elan ya. Bisakah kamu menanyakan apa dia masih membuka lowongan pekerjaan? Elsa juga berharap bisa bekerja di perusahaannya,”

bahwa ini hanya tipuan Pingkan. Dia hanya ingin Elsa bisa dekat

melihat ke ruang aula. Seperti yang dia duga, Elst

bahwat Pingkan memanggilnya

agar Elsa bisa

selesai! Apa kamu tidak punya sopan santun? Aku ini lebih tua darimu,

hanya ditempati oleh satu orang hanyalah meja Elan. Mungkin, tidak ada yang berani duduk di sana.

terdengar suara memanggilnya,

dan ternyata itu Romi. Dia langsung menjawabnya sambil tersenyum, “Tentu saja boleh! Ayo pergi ke meja itu.”

wajah senang, Romi mengangguk dan mengikuti Tasya menuju ke arah

senang. Namun, dia berpikir bahwa pria tinggi dan perkasa

The Novel will be updated daily. Come back and continue reading tomorrow, everyone!

Comments ()

0/255